KOMPAS cetak, Kamis, 1 Oktober 2009 | 03:11 WIB
Padang, Kompas - Gempa bumi berskala 7,6 skala Richter yang mengguncang beberapa wilayah Sumatera Barat, Rabu (30/9) pukul 17.16, mengakibatkan Kota Padang porak poranda, diikuti sejumlah kebakaran. Rabu malam, hujan lebat mengguyur Kota Padang yang berada dalam kondisi gelap gulita tanpa aliran listrik.
Ratusan bangunan runtuh, belasan gedung bertingkat hancur, dan sebagian rumah yang runtuh diikuti kebakaran akibat guncangan gempa. Hingga pukul 00.00 tercatat sedikitnya 75 orang tewas dan puluhan orang luka berat. Kepanikan terjadi di mana-mana.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi berpusat di 0,84 Lintang Selatan, 99,65 Bujur Timur, dan berada di kedalaman 71 kilometer dari permukaan laut. Pusat gempa berada lebih kurang 57 kilometer barat daya Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Semalam, situasi sebagian besar Kota Padang dalam keadaan gelap gulita karena empat gardu induk padam. Petugas tampak melakukan proses pemulihan dengan memanfaatkan gardu induk yang tidak padam.
Direktur Operasi PT PLN (Persero) Murtaqi Syamsuddin di Jakarta menginformasikan, PLTU Ombilin beroperasi normal. Sementara PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak lepas dari sistem sehingga tidak mampu menyalurkan daya listrik ke pelanggan.
”Gedung pembangkit dari PLTA Maninjau dan Singkarak kondisinya aman. Kami melakukan pemeriksaan generator terlebih dahulu sebelum memasukkannya ke dalam sistem,” ujar Murtaqi. Jaringan distribusi tegangan 20 kilovolt (kV) juga banyak yang roboh.
Menurut pemantauan wartawan Tribun Pekanbaru, situasi Kota Padang sangat mencekam sesaat setelah gempa. Ratusan rumah dan bangunan bertingkat di Kota Padang runtuh. Listrik yang padam justru digantikan nyala api kebakaran rumah dan bangunan di mana-mana. Jaringan internet ngadat dan jalur komunikasi via seluler sebagian tak bisa digunakan.
Beberapa gedung yang runtuh adalah Gedung BII di Jalan Sudirman, Suzuki Ujung Jalan Ujung Gurun, Capella, Sentral Pasaraya Padang, Ramayana di Jalan Pemuda, Anugerah Furniture, serta bangunan Fakultas Teknik Unand di Limau Manis. Gedung Rektorat IAIN Imam Bonjol, Padang, yang terletak di Lubuk Lintah, Kecamatan Kuranji, runtuh dan bangunan masjid yang ada di sana sebagian dindingnya runtuh.
Wartawan Kompas, Arbain Rambey, mengaku sulit menembus Kota Padang. ”Di mana-mana jalan terputus,” kata Arbain yang pada Rabu pagi bertugas memotret karapan sapi di Batusangkar.
Sepanjang perjalanan, beberapa tebing longsor. Arbain masuk Padang melalui Solok setelah jalur Cilayang, Padang Panjang, terputus. Sebuah masjid besar di Kota Padang roboh.
”Saya belum ketemu anak saya, Aditya. Ia mengikuti kursus di Sony Sugema ketika gempa terjadi. Gedung itu runtuh. Kami tidak tahu nasib Aditya,” kata Bambang, dosen Universitas Negeri Padang (UNP).
Elda Gusneri, mahasiswa Kimia UNP, mengatakan, banyak rumah di sekitar perumahannya terbakar di kawasan Jati, Padang. ”Setelah gempa, air tiba-tiba keluar di halaman rumah kami. Saya takut sekali. Apalagi rumah kami hanya satu 1 kilometer dari pantai. Saya sekeluarga mengungsi ke rumah sakit,” kata Linda, warga Padang.
Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi yang tengah berada di Jakarta, Rabu petang, menambahkan, hingga semalam akses komunikasi dari dan menuju Sumbar masih sulit dilakukan dan sejumlah penerbangan langsung menuju Bandara Minangkabau, Kota Padang, ditutup karena kerusakan sistem komunikasi tersebut.
Penjelasan BMKG
Kepala Subbidang Peringatan Dini BMKG Rahmat Triyono mengatakan, intensitas gempa di Kota Padang mencapai VI-VII modified mercalli intensity (MMI). Sedangkan intensitas III–IV MMI terasakan di Bukit Tinggi, Bengkulu, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Gunung Sitoli. Di Jakarta dan Pekan Baru, rambatan gempa yang terasakan intensitasnya II MMI.
Intensitas VI-VII MMI artinya berdampak tembok roboh, struktur bangunan yang biasa saja bisa rusak, dirasakan oleh semua orang, mebel-mebel bergerak, dan bangunan dengan struktur buruk akan roboh.
Sedangkan intensitas III–IV MMI dirasakan oleh orang yang ada di lantai atas, tetapi tidak langsung dipahami sebagai gempa. Intensitas II MMI berarti terasa oleh sedikit orang, terutama yang berada di lantai atas.
”Tidak ada hubungan antara gempa di Padang dan di Samoa. Gempa di Padang itu akibat tumbukan antara lempeng Eurasia dan Indoaustralia, sedangkan di Samoa berada di tengah lempeng Pasifik,” kata Rahmat.
Kepala Bidang Gaya Berat dan Pasang Surut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Parluhutan Manurung menambahkan, stasiun pemantau pasang surut di pesisir Kota Padang merekam ketinggian gelombang tsunami sekitar 20 cm. Sedangkan stasiun pasut di Telo Nias Selatan dan Tua Pejat di Mentawai masing-masing mencatat ketinggian 10 cm.
75 orang tewas
Di Jakarta, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla saat memimpin rapat kabinet terbatas penanganan bencana di kediamannya memutuskan upaya tanggap darurat selama dua bulan mulai hari Kamis ini.
”Kepala Penanggulangan Bencana akan memimpin bersama dengan Menko Perekonomian beserta lima menteri lainnya akan meninjau lokasi bencana,” kata Wapres. Lima menteri itu adalah Menhub Jusman Safeii Djamal, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, dan Mensos Bachtiar Chamsyah.
Wali Kota Padang Fauzi Bahar melalui telepon melaporkan kepada Wapres kondisi kerusakan sementara Kota Padang. Sedangkan Bupati Pariaman Muslim Kasim melaporkan sedikitnya 75 orang tewas dan telah dibawa ke rumah sakit.
Tentang kerusakan bandara, Jusuf Kalla mengatakan tidak ada landasan yang rusak. ”Kecuali menara kontrol yang kosong karena petugasnya meninggalkan tempat tugasnya untuk mengecek keluarganya. Jadi, ini seperti kejadian di Aceh lalu,” ujarnya.
Saat kejadian, Bupati Pariaman Muslim Kasim dan Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi sedang berada di Jakarta.
Hujan lebat dan situasi Kota Padang yang gelap gulita menyulitkan upaya pertolongan dan upaya untuk menghitung jumlah korban.
Wapres mengatakan, pemerintah akan mengirim dua pesawat Hercules, kapal laut pengangkut 100 dokter, paramedis dan alat-alat berat, serta obat dan makanan.
Menko Kesra Aburizal Bakrie menambahkan, tahap pertama akan dikucurkan dana Rp 100 miliar ke Badan Penanggulangan Bencana Nasional dan Rp 5 miliar untuk pembelian kain sarung dan lainnya.
Pemprov Sumbar, menurut Gamawan, masih belum bisa memastikan berapa banyak korban jiwa yang terjadi akibat gempa. Ia mengatakan, besarnya gempa membuat warga sangat panik akan terjadinya gelombang tsunami. ”Karena takut tsunami, banyak warga yang mencoba menyelamatkan diri dengan pergi ke tempat lebih tinggi, meninggalkan rumahnya. Kami masih belum mendapat laporan berapa banyak korban yang meninggal,” kata Gamawan.
(Tim Kompas/Persda Network)
01 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda boleh memberi komentar! Trims!