Suatu ketika, Dr. Albert Einstein pernah berkata, "A person who never made a mistake never tried anything new!" Artinya bahwa orang mesti berani mengambil resiko ketika memulai sesuatu yang baru. Kegagalan adalah salah satu dari sekian banyak resiko. Selain resiko, tentu saja ada harapan dan janji yang terkandung di dalam keberanian untuk mengambil keputusan dan mewujudkannya dalam tindakan konkret.
Ungkapan bijak Einstein itu mengingatkan saya pada ucapan yang pernah terlontar dari benak Bapa Pendiri Serikat Maria Montfortan (SMM), Santo Louis-Marie de Montfort (1673-1716). Konteks surat itu adalah di mata Pater Montfort, pelayanan kepada kaum fakir miskin, terutama anak-anak, di kota pelabuhan, La Rochelle, Prancis Barat, sangat mendesak. Karena itu, Pater Montfort meminta agar Suster Marie-Louise dari Yesus dan Sr. Cahterine Brunet segera berangkat ke La Rochelle. Karena tiada tanggapan, Pater Montfort pun melayangkan sepucuk surat kepada mereka. Di dalam suratnya itu, Pater Montfort mengatakan, "Barangsiapa tidak berani untuk mengambil resiko bagi Allah, dia tidak akan pernah melakukan sesuatu yang besar bagi-Nya." Kedua suster itu yang sudah cukup lama berkarya di Poitiers pun segera berkemas kemudian berangkat dan memulai tugas baru mereka di kota La Rochelle.
Kesediaan dan keberanian untuk mengambil resiko itu --- atau seperti kata fisikawan kondang itu, keberanian untuk siap untuk melakukan kekeliruan itu, telah dilakukan oleh Superior Jenderal Serikat Maria Montfortan (SMM) dan Dewannya. Pemimpin Tertinggi SMM telah menerima permohonan Vikaris Apostolik Pontianak, Mgr. van Valenberg OFMCap., agar SMM mau mengambil sebagian wilayah Vikariat Pontianak, terutama di bagian Timur Kalimantan Barat, yang hingga saat itu masih dilayani oleh para Pater dan Bruder Kapusin.
Setelah melalui pelbagai proses formal, pada 23 September 1938, Tahta Suci mengeluarkan keputusan bahwa SMM dapat mengambil sebagian wilayah Vikariat Pontianak sebagai daerah misinya di Indonesia. Menyusul keputusan itu, pada 1939, tiga misionaris Montfortan asal Provinsi Belanda, yaitu Pater Harry L'Ortey SMM, Pater Jan Linssen SMM dan Bruder Bruno SMM, diutus sebagai pionir misionaris Montfortan di Indonesia. Ketiga misionaris itu pun meninggalkan negeri Belanda dengan menumpang kapal laut dari menuju ke Indonesia. Setelah berlayar selama berminggu-minggu, akhirnya pada 7 April 1939, ketiga misionaris perintis misi Montfortan di Indonesia itu tiba di pelabuhan Pontianak. Mereka pun memulai karya pelyanan mereka di tengah-tengah kaum miskin dan sederhana di wilayah yang sekarang termasuk Keuskupan Sintang.
Keberanian mereka untuk mengambil resiko dan berani untuk mencoba bahkan mungkin kekeliruan, telah membuahkan hasil yang manis. Perlahan-lahan karya Montfortan bertumbuh. Tidak hanya karya pelayanan, para misionaris Montfortan pun dapat membagikan warisan rohani berharga ajaran Bapa Pendiri kepada umat/Gereja di Indonesia.
Kendati hari ini sesungguhnya adalah sebuah hari istimewa, para Montfortan Indonesia tidak merayakan HUT-nya dengan pesta atau perayaan meriah sebagaimana lazimnya. Di sana ada dua kemungkinan yang terpampang. Pertama, perayaan HUT kelahiran SMM Indonesia ini belum disosialisasikan atau disampaikan kepada semua konfrater. Alasan kedua, para Montfortan ingin agar semangat kesederhanaan St. Montfortan tetap dipertahankan dan dihayati.
Tanpa pesta tidak berarti tidak ada perayaan. Perayaan tanpa persti itulah pesta! Sambil mengucapkan syukur kepada Tuhan, Sang Penyelenggara segala sesuatu, Kebijaksanaan Abadi yang Menjelma melalui tanga Santa Perawan Maria, dan berterima kasih kepada para konfrater perintis yang telah memulai menanamkan benih kehidupan Montfortan di Indonesia, kami mengucapkan "SELAMAT HARI ULANG TAHUN SMM INDONESIA!"
Bunda Maria, Ratu Segala Hati, doakanlah kami.
Santo Montfort, doakanlah kami.
Beata Marie-Louise dari Yesus, doakanlah kami. (LdN)
23 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda boleh memberi komentar! Trims!